Selasa, 06 September 2011

Jalan Dakwah

Jalan dakwah bukanlah jalan bertabur bunga-bunga harum, tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang. Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah, sesuai dengan waktu yang dikehendaki-Nya. Bekerjalah, biar Allah yang memutuskan. Mungkin juru dakwah tidak akan melihat hasil dakwah serta buahnya di dalam hidup di dunia ini. Kita hanya disuruh beramal dan berusaha, tidak disuruh melihat hasil dan buahnya.

Tidak seperti hewan yang digemukkan dengan memberi makanan, ternyata iman dan amal shalih digemukkan dengan pengorbanan. Semakin sedikit tubuh mendapatkan respon bagi kenikmatan syahwatnya maka semakin besar ruh berkorban.

Barangkali manusia mengira kita-lah orang yang paling merugi, karena banyaknya pengorbanan, energi dan konstribusi yang kita distribusikan untuk kepentingan perjuangan. Pengorbanan yang mungkin seringkali melangkahi rasional manusia. Biarlah mereka menyangkakan itu, tetapi bagi kita kenikmatan bersama dalam barisan dakwah dan obesesi pertemuan dengan Allah lebih besar dari sekedar apa yang kita persembahkan.

Sesungguhnya pada generasi sebelum kamu, ada yang disisir dengan sisir besi yang menancap ke bawah tulang, daging atau sarafnya. Semua itu tak mengalihkan mereka dari agama. Sungguh Allah akan sempurnakan urusan ini, sampai seseorang dapat pergi sendirian dari Shan’a ke Hadhramaut tanpa takut kepada siapapun kecuali Allah” (Al Buthy, Fiqh Sirah 106)

Ketika sebagian besar orang melewatkan waktu week-end nya bersama keluarga, seorang pengemban da’wah mungkin jarang menikmati hal itu. Ia lebih memilih memenuhi panggilan atau perintah Allah dalam rangka menyebarkan nilai Islam. Bila hari libur datang menjelang, tak pernah ada waktu istirahat baginya, karena jadwalnya sudah penuh dengan agenda dauroh, kajian, membuat kegiatan dan acara da’wah lainnya. Badan yang letih dan berkurangnya jatah tidur sudah menjadi hal yang biasa. Tak hanya sampai di situ, bahkan ada salah satu aktivis dakwah yang sampai menjual motor satu-satunya yang dimiliki untuk membiayai aksi solidaritas Palestina. Atau di tempat lain, ada yang rela tidak membelanjakan makan siangnya hanya demi ongkos untuk bisa hadir dalam halaqah.

Jalan ini berliku

“Adapun orang-orang yang memberi (apa saja yang dimilikinya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (husna) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (Al Lail ayat 5 – 11).

Oleh karena itu, biasakan lah diri kita untuk senantiasa berkorban. Jangan pernah kita pikirkan seberapa besar pengorbanan yang telah kita lakukan. Tapi pikirkanlah, apakah pengorbanan yang telah kita lakukan semata-mata untuk ridha Allah atau hanya sebatas mencari pujian dari manusia.

Mintalah perlindungan kepada Allah Swt Dzat yang Maha Menggenggam alam semesta. Ketika telah datang perasaan malas, enggan, bahkan takut untuk berkorban. Ketika rasa lelah dan letih menyerang dan seketika itu pula membuat kita enggan untuk berkorban demi Islam. “Ajruki ‘ala qadri nashabiki” (Ganjaranmu tergantung kadar lelahmu).(HR. Muslim dari Aisyah. RA). Maka rasakanlah setiap detik perjuangan yang masih bisa kita lakukan, sekecil apapun. Syukuri atas lelah-lelah yang saat ini masih bisa kita rasakan. Karena kenikmatan bersama da’wah sungguh tak tergantikan.

Dakwah bisa terus berjalan atau mandeg lantaran pengorbanan aktivisnya. Mereka yang terdepan dalam memberikan kontribusinya, merekalah yang menjadi pelangsung dakwah. Sebaliknya mereka yang tidak berada dalam barisan ini, menjadi penyebab mandul atau matinya dakwah. Karena mereka tidak memberikan pengorbanan. Allah SWT akan menggantikannya dengan aktivis yang lainnya.

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)”. (Muhammad: 38)

Sebesar apa pun pengorbanan dalam da’wah maka sebesar itu pula kemudahan yang akan diperoleh dari Allah dalam upaya meraih cita-cita dan tujuan-tujuan da’wah. Pertolongan Allah SWT akan datang seiring dengan upaya-upaya manusiawi yang dilakukan. Oleh karena itu ketika hijrah, Rasulullah SAW meminta bantuan seorang pemandu jalan seraya mengharapkan kemudahan perjalanan dari Rabb-nya. Beliau melakukan perjalanan yang berputar dan berliku seraya mengharapkan Allah SWT menyesatkan pengejaran orang-orang kafir. Beliau bersembunyi di dalam goa sebelum Allah menutupinya dengan sarang laba-laba. Ketika berperang, Muhammad SAW dan kaumnya mempersiapkan pedang dan perbekalan seraya mengharapkan bantuan malaikat dan hujan.

“ Ya Allah, Paksalah diri ini untuk tetap teguh berkorban di jalan-Mu dengan apa saja yang hamba punya..!”

Semoga Allah, memberikan surga kepada kita sebagai tempat untuk kembali. Semoga kemenangan yang telah Allah janjikan kepada ummat Islam berupa tegaknya kembali Syariah Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah kian semakin dekat dengan pengorbanan di jalan ini. Dan kapan pun saat itu tiba, semoga kita tetap layak untuk tercatat sebagai salah satu pejuangnya. Aamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar